Nama : Ani ermawati
kelas : 4EB19
npm : 20209869
Kasus ENRON
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang
berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930
sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American
Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways
Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941
hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural
Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang
menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum
tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu
perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan
kertas, serta komunikasi (wikipedia.co.id).
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan
perlindungan Chapter 11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut.
Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen
(Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Jeffrey Skilling menjelaskan
kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating
perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan
trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan
perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan
(Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan
disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam
neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat
dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi
bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat
banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam
neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat
dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan
jatuh (Eiteman, dkk, 2007). Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal
juga ikut bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Diantaranya :
1. Auditor.
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi
terbesar) adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan
pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi
GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan dibayar
oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami
konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta
untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum.
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins
juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan
opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua yang
dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa tidak ikut
menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan
bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang
kepemilikan di SPEs.
3. Regulator.
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di
pasar energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan
tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan
Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu
antar negara.
4. Pasar ekuitas.
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti
peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan
investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC
hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor
perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi
peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan
verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang.
Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan
membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar Standard & Poors
serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk
sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang
menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas
pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas
keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa
total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah
manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan
adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan
ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar
dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang
oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat
utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating
yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007). Andrew Fastow
bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa
keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang
bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca,
mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal
ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru.
Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall
Street. SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri,
(2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga
yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada
pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk
membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan harga
saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan
saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman,
dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga
$47 per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini
menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan
Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang
tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses
akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay,
sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1
per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan
Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal
Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron Watkins
menjelaskan semua permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki
sebagai courageous whistleblower (Velasquez, 2006).
Sumber :
http://ra3pila.wordpress.com/2012/03/08/kasus-enron/